BELAJAR RAKUS ILMU ALA SOCRATES

Oleh : Marjuki Al Mujakir

Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PK IMM FAI UAD

Latar Belakang

Salah satu filsuf Yunani yang paling terkenal dalam sejarah Yunani klasik adalah Socrates. Ia di sebut sebagai Bapak Filsafat karena dialah yang mengembangkan filsafat zaman Yunani hingga Ilmu filsafat tersebut besar sampai saat ini. Salah satu hal yang paling menarik dari Socrates adalah bagaimana cara dia berfilsafat.

Jika filsuf lain kita temukan mereka lewat pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam bentuk buku, berbeda dengan Sorates yang bahkan semasa hidupnya tidak pernah mencoret sedikit pun dari apa yang disampaikannya. Dengan kata lain, cara berfilsafat Socrates lebih kepada pengajaran terkait etika hidup berfilsafat, bukan pemikiran filsafat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Pemikiran-pemikiran Socrates dapat kita temui setelah kamatiannya yang mana di tulis oleh muridnya Plato. Keseharian hidupnya Socrates banyak ia habiskan dengan berkeliling dalam pasar-pasar atau semacam perkumpulan untuk bertanya sesuatu hal apa pun itu.

Biasanya setiap orang yang ia temui dan diajak bicara oleh Socrates tidak mampu menjawab apa yang ditanyakan oleh Socrates, sebab ketika ia mengajukan satu pertanyaan maka akan muncul pertanyaan-pertanyaan lain yang sampai orang tersebut tidak mampu menjawab dan akhirnya memilih untuk menyerah.

Biografi Socrates

Socrates tinggal di Athena di Paruh kedua abad ke-5 SM. Ayahnya bernama Sophroniskos dan ibunya bernama Phainarete. Ia dipercaya telah mempelajari filsafat alam,melihat berbagai penjelasan Sifat alam semesta tetapi kemudian ia beralih pada persoalan yang terkait dengan manusia seperti etika dan politik. Ia digambarkan dalam sebagai sosok yang tidak tampan dengan perutnya yg gendut dan menggunakan pakaian tua dan kumal tanpa menggunakan alas kaki.

Dia tumbuh selama zaman keemasan Pericles’ Athens, bertugas dengan terhormat sebagai seorang prajurit, tetapi menjadi paling dikenal sebagai penanya segalanya dan semua orang. Gaya mengajarnya diabadikan sebagai metode Socrates tidak melibatkan penyampaian pengetahuan, melainkan mengajukan pertanyaan setelah mengklarifikasi pertanyaan sampai murid-muridnya sampai pada pemahaman mereka sendiri.

Socrates sendiri tidak menulis apa-apa, jadi semua yang diketahui tentang dia disaring melalui tulisan-tulisan beberapa orang sezaman dan pengikutnya, terutama muridnya Plato. Socrates dituduh merusak pemuda Athena dan dijatuhi hukuman mati.

Socrates lahir dan tinggal hampir sepanjang hidupnya di Athena. Ayahnya Sophroniscus adalah seorang tukang batu dan ibunya, Phaenarete, adalah seorang bidan. Sebagai seorang pemuda, ia menunjukkan keinginan untuk belajar.

Plato menggambarkan dia dengan penuh semangat memperoleh tulisan-tulisan filsuf kontemporer terkemuka Anaxagoras dan mengatakan dia diajari retorika oleh Aspasia, nyonya berbakat dari pemimpin besar Athena Pericles.

Orang – orang disekitarnya sangat heran melihat fisiknya yang begitu kuat tahan terhadap cuaca dingin dan panas dan kemampuannya dalam mengendalikan nafsu jasmaninya terkait lapar dan haus dan keinginan untuk mabuk – mabukkan. Ia meninggal pada tahun 399 SM diumur sekitar 70 tahun karena divonis mati  dalam voting 280 orang yang menyetujui dan 220 yang menolak. Ia divonis dengan tuduhan merusak kaum muda Athena masa itu,dan membuat tuhan – tuhan baru untuk melawan dewa dewi Yunani kuno kemudian Ia meninggal karena meminum racun.

Rakus Ilmu Ala Socrates

Salah satu hal yang menarik dari Socrates adalah metode yang ia gunakan dalam berfilsafat. Kalau di zaman sekarang lebih kita kenal dengan metode dialektika. Sosok Socrates terletak dalam fakta bahwa dia tidak ingin menggurui orang lain. Sebaliknya, dia memberi kesan sebagai seseorang yang selalu ingin belajar dari orang-orang lain yang diajaknya berbicara.

Socrates selalu mengajukan pertanyaan untuk memulai suatu percakapan dengan lawan bicaranya, seakan-akan dia tidak mengetahui apa-apa. Dalam setiap diskusinya, Socrates biasanya berhasil membuat para penentangnya mengakui kelemahan argumen-argumen mereka, dan karena tersudut, mereka akhirnya menyadari apa yang benar dan apa yang salah.

Maka dari itu, Socrates selalu berlagak bodoh ketika berhadapan dengan orang lain, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai realitas sehari-hari, dan menggunakan akal sehat untuk menjawab itu semua.

Pertanyaan seperti “apa itu keadilan”? “Kenapa harus adil”? “Indikator apa yang membuat orang itu dikatakan adil”? dan beberapa pertanyaan turunan dari itu. Hanya dengan satu konsep tentang keadilan, tidak sedikit dari orang-orang yang ia temui jadi kerepotan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Sebenarnya metode dialektika Socrates selain sebagai cara dia untuk belajar sekaligus menguji, hal tersebut merupakan kritik Socrates terhadap kaum sofis yang menjual ilmunya demi mendapatkan imbalan. Ia muncul sebagai bentuk perlawanan daripada kesombongan yan ditunjukkan orang masa itu yang merasa tau segalanya dan menjual ilmu pengetahuannya demi uang semata.

Posisi kaum sofis waktu itu benar-benar diagungkan sebab apa yang mereka keluarkan dari lisan mereka, itu merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat di bantah. Masyarakat menaruh kepercayaan begitu tinggi kepada kaum sofis karena sudah di anggap penyambung lidah para dewa.

Ia mengkritik kaum sofis yang bicara dan mengajarkan sesuatu sesuai dengan keinginan penguasa masa itu untuk menggiring opini masyarakat Athena kala itu. Sosok Socrates muncul sebagai figur yang menyatakan dirinya tidak tau apa-apa. Bahkan ia berkata satu-satunya yang tidak ia ketahui adalah ia tidak tau apa-apa.

Dengan kata lain, kaum sofis tidak akan memberikan ilmunya jika tidak ada imbalan untuk mereka. Hal inilah yang kemudian membuat Socrates menjadi gusar lantaran ilmu yang ia pahami yang seharusnya bisa membuat masyarakat disekitarnya menjadi pandai tapi malah diperalat oleh kaum sofis.

Bahkan beberapa kali Socrates berdialektika dengan kaum sofis, ia mengajukan beberapa pertanyaan dari hal yang paling mendasar sampai ke hal yang fundamental. Para kaum sofis yang mengaku ilmunya sudah matang ini malah kelimpungan sampai-sampai tidak mampu lagi menjawab apa yang ditanyakan oleh Socrates. Mereka hanya akan menjawab “kami tidak tahu” dan Socrates pun membalas “begitupun dengan aku, kita sama-sama tidak tahu.

Tampaknya ia sengaja memilih tempat yang terbuka dan ramai untuk ia bisa berdialetika dengan kaum sofis, sebab dengan begitu masyarakat di sekitar menjadi tahu bahwa kaum sofis yang selama ini mereka agung-agungkan ternyata tidak lain hanyalah seperti anak kecil yang baru belajar merangkak.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa ia di hukum mati sebab dianggap meragukan ajaran para dewa yang keluar dari mulut kaum sofis.

Kesimpulan

Dari metode dialektika Socrates dapat kita simpulkan bahwa kerakusan ilmu itu penting. Rakus bukan hanya soal makan, minum ataupun terkait harta benda. Tetapi lebih daripada itu, rasa keingintahuan Socrates yang begitu tinggi juga merupakan tolak ukur kita dalam mencari ilmu pengetahuan. Bertanya kepada siapa pun dan dimana pun dan selalu merasa bahwa ilmu yang ada pada diri masih sangat jauh dari kesempurnaan.

Menurut Protagoras, Socrates berpendapat bahwa semua kebajikan,keadilan dan kebijaksanaan sebenarnya adalah satu kesatuan. Baginya perbuatan yang tidak disertai dengan pengetahuan akan menghasilkan kebodohan yang nantinya akan melahirkan tindakan- tindakan kejahatan.

Hal-hal seperti kecantikan,kekuatan,dan kesehatan bisa menjadi bermanfaat atau berbahaya tergantung apakah individu memiliki pengetahuan atau tidak. Socrates selalu memposisikan dirinya sebagai orang yang tidak tahu mengenai apa-apa.

Kemudian tidak merasa lebih bijaksana daripada orang lain karena memang dirinya merasa tidak mengetahui apa-apa. Namun ia sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia. Karena bagi Socrates melalui ilmu pengetahuan yang benar. Manusia cenderung tidak akan melakukan kesalahan (dosa).

Baginya ilmu pengetahuan merupakan upaya yang diperlukan oleh manusia dalam mencapai kesalehan yang sempurna. Baginya kedamaian dari pikiran adalah akibat dari melakukan hal yang tepat  bukan berasal dari hidup menurut aturan moral masyarakat. Socrates juga menolak gagasan bahwa kebajikan adalah sesuatu yang relatif.

Menurutnya kebajikan bersifat absolut dan berlaku universal dalam artian tidak hanya berlaku untuk warga Athena saja namun untuk semua orang di seluruh dunia. Socrates juga berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada satupun manusia yang benar – benar memiliki keinginan untuk melakukan kejahatan. Menurutnya setiap orang yang melakukan tindakan kejahatan maka hati nurani mereka secara otomatis akan merasa tidak nyaman.

Ia berpendapat bahwa bahwa kejahatan terjadi dikarenakan kurangnya kebijaksanaan dan pengetahuan didalam diri seorang manusia. Dengan kata lain kejahatan itu terjadi karena kebodohan,karena menurut socrates terdapat kaitan era antara pengetahuan dan moralitas.

Bagi Socrates pengetahuan juga memainkan peranan penting dalam hidup setelah kematian Karena baginya pengetahuan merupakan tujuan akhir kehidupan bukan hanya sekedar untuk mendapatkan kekayaan dan status tinggi seperti kaum sofis. Socrates bependapat bahwa rasa ingin tahu lah alasan mengapa kita ada didunia.

Socrates merupakan sosok yang tidak tertarik pada materialis tetapi ia merupakan pribadi yang sederhana yang haus akan ilmu pengetahuan. Ia akan bertanya kepada siapa pun yang ia temui dan bertanya dari hal-hal yang sederhana sampai kepada hal-hal yang lebih fundamental.

Hanya satu hal terkait rakus yang diperbolehkan di dunia ini yakni rakus ilmu pengetahuan.

Tags:

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Latest Comments